Mojokerto, kompaspublik.com- Musyawarah yang diselenggarakan oleh puluhan anak bangsa di Paseban TRI MUKTI yang berada di Dusun Jabaran Desa Pohkecik Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto sebagai tindak lanjut kegiatan Revitalisasi budaya yang telah dilaksanakan di Kabupaten Blitar beberapa Minggu yang lalu.
Kegiatan ini tak lain untuk menyikapi terhadap kondisi sejarah budaya ketimuran peninggalan kerajaan Willa Tikta atau yang terkenal disebut Majapahit yang semakin hari, semakin lama bertambah hilang dan raib dari telatah bumi Nusantara ini. Akibatnya budaya kejujuran, sopan santun, gotong royong tak lagi tertanam didalam kepribadian anak-anak bangsa. Sehingga melahirkan keangkaramurkaan, ketimpangan dan ketidakadilan di Negeri ini.
Mengingat hal tersebut ada indikasi telah merajalela. Maka sejarah budaya ketimuran peninggalan kerajaan Willa Tikta yang umumnya disebut Majapahit yang berada ditelatah bumi Nusantara ini, perlu segera direbut, dikembalikan dan dibenahi untuk kebaikan semua umat di Negeri yang kaya raya ini.
“Sepertinya angkaramurka, ketimpangan dan ketidakadilan di Negeri kita ini, disinyalir mulai merajalela, dan jika hal itu dibiarkan terus menerus terjadi, maka akan terjadi kondisi yang tidak kondusif, dan mungkin bisa-bisa bubar Negeri ini. Oleh karena itu, mari kita rebut dan kita kembalikan yang namanya sejarah budaya Majapahit (Willa Tikta. Red) yang berada di Negara Eropa, yaitu Belanda dengan maksud agar nantinya semua umat di Negeri ini, kususnya anak-anak kita, cucu-cucu kita mengetahui kebenarannya sejarah budaya leluhur kita sebagai orang Majapahit, sehingga terjadilah sesuatu kesadaran anak bangsa yang akhirnya budaya kejujuran, sopan santun maupun gotong royong lahir kembali. Sebab adanya ketimpangan, ketidakadilan dan keangkaramurkaan di Negeri kita ini, diakibatkan adanya bangsa kita, disinyalir telah meninggalkan sejarah budaya leluhur yang mendirikan asal-usul Negeri ini,” Ungkap Endah Koeswantoro pada hari Kamis malam, 18/07/2018 di Paseban TRI MUKTI Jabaran.
Selain itu, sambung Endah Koeswantoro menyatakan, untuk menggugah masyarakat untuk segera bangkit dari keterpurukan. Sadar akan kepalsuan jaman. Melek adanya racun sistem kehidupan yang membelokkan sejarah tanpa arah. Menjadikan generasi mandul tumpul bak dibonsai. Maka perlu adanya perjuangan yang gigih dan niat tulus yang kuat.
“Memang dengan keadaan kondisi seperti itu, kita selama ini seperti tak bisa apa-apa, dan hanya bingung bengong seperti orang blo’on. Untuk itu, kondisi inilah diperlukan titik balik pergerakan. Menagih dan menarik kembali kadaulatan sejarah budaya yang hilang. Singkat kata, KEMBALIKAN PERADABANKU. Rasa pahit pun akan kutelan. Rawe-rawe rantas malang-malang putung. Mari kita kembali kepangkuan Ibu Pertiwi. Merajut berseraknya serpihan mutiara Nusantara. Agar bersatu padu dalam genggaman Budaya Adiluhung Bangsa,” Ucap Endah Koewantoro bergelora.
Sementara didalam kesempatan ini, Edi Wilian selaku Penasehat Lembaga Adat dan Budaya Adiluhung (Lesung) menambahkan, bahwa sejarah budaya peninggalan dari kerajaan Majapahit itu tidak ada, karena sejarah budaya yang ada Jawa ini adalah peninggalan kerajaan Willa Tikta bukan Majapahit. Dan berdirinya kerajaan Willa Tikta awalnya dipandegani oleh 5 orang, dan kerajaan Willa Tikta dilahirkan di Dusun Jabaran. Namun setelah menaklukan beberapa kerajaan di Jawa, yaitu Jawa Timur dengan Jawa Tengah, kerajaan Willa Tikta diperkuat oleh 15 orang.
“Jadi, kerajaan Majapahit itu tidak ada. Sebab menurut pengetahuan saya, bahwa kerajaan yang ada disini (Pulau Jawa) adalah Willa Tikta yang menguasai kerajaan di Jawa Timur dan Tengah. Buktinya adanya tata bahasanya yang sama,” Pungkas Edi Wilian kepada semua anggota yang hadir didalam musyawarah lanjutan Refitalisasi sejarah budaya. (Tawi).