Media Online Kompas Publik- Dugaan penimbunan Limbah komponen elektronik dan karet di bekas perusahaan scrab di Tanjunguncang – Batuaji dekat Perumahan Bagaman, mendapat perhatian serius dari LSM Batam Monitoring. Sehingga mendesak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam untuk mengusut penimbunan Limbah tersebut, karena ada indikasi Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
“Kami sudah turun ke lapangan. Untuk itu, kami mendesak DLH Kota Batam, mengusut penimbunan limbah B3 tersebut agar DLH Kota Batam harus segera bertindak, karena penimbunan limbah B3 seperti ini sangat berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan warga sekitar,” ungkap Direktur Eksekutif Batam Monitoring, Lamsir L. Raja, Sabtu (21/4/2018) pagi.
Sebelumnya, warga Perumahan Bagaman, dekat lokasi penimbunan itu, sangat mengeluhkan adanya penimbunan limbah di dekat perumahan mereka. Warga khawatir berdampak buruk bagi lingkungan tempat tinggal mereka.
Pantauan di lokasi, Jumat (20/4/2018), tumpukan limbah komponen elektronik dan karet di bekas perusahaan scrab di Tanjunguncang – Batuaji dekat Perumahan Bagaman, sudah tidak terlihat lagi. Nampaknya limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) itu diduga sengaja ditimbun pemiliknya di lokasi tersebut. Sedangkan area bekas tumpukan limbah tersebut kini sudah diratakan dan ditimbun tanah. “Iya, sepertinya sengaja ditimbun. Lihat saja ke sana sudah diratakan dengan tanah. Baru tadi pagi saya lihat. Mungkin sudah seminggu ini mereka timbun,” ujar Nedi, warga perumahan Bagaman -Tanjunguncang.
Sambung Nedi mengakui, “Lokasi timbunan limbah itu lebih tinggi dari perumahan kami. Sehingga resapan air mengalir ke perumahan ini. Selama ini sudah cukup mengganggu kami, sekarang malah ditimbun,” akunya.
Lanjut Nedi menguraikan, “sebelum limbah tersebut ditimbun, warga sudah berulang kali komplain, karena limbah itu berdampak buruk bagi lingkungan tempat tinggal warga setempat. Tapi pihak perusahaan atau pemilik limbah malah kerap membakar tumpukan limbah elektronik dan karet tersebut, sehingga asap yang cukup menyengat menyebar hingga ke pemukiman warga sekitar. Bahkan saat musim hujan, warga perumahan terkena gatal-gatal, karena terkontaminasi dengan aliran air yang mengalir dari rumpukan limbah tersebut.
“Airnya berwarna merah, kalau kana kulit langsung gatal-gatal. Air dari lokasi tumpukan limbah itu memang ngalir ke sini (perumahan Bagaman), jadi kami tak bisa ngelak,” urainya. (Red).
Sumber : batamtoday.com