HOME // Ekonomi // Peristiwa

Satu Keluarga Mencari Sisa-sisa Padi Disawah

 Pada: Rabu, 2 Mei 2018
Nampaknya yang paling menyedihkan bagi satu keluarga itu, tidak termasuk dalam daftar Program Keluarga Harapan (PKH) yang diluncurkan oleh Departemen Sosial. 

Ponorogo. kompaspublik.com- Selain tinggal di rumah berdinding bambu, alias gedek, satu keluarga yang satu ini juga mencari sisa-sisa padi di sawah untuk  bertahan hidup. Hal ini memang bukan impian setiap orang, tapi karena himpitan ekonomi dan keterbelakangan yang memaksa satu keluarga RT 03 RW 2 Dusun Suruh Desa Pluntruran Kecamatan Pulungan Kabupaten Ponorogo, yaitu Sitas (74 tahun) janda, Nawijah (58 tahun) anak Sitas, Giyanto (18 tahun) dan Suyanti (14 tahun) cucu Sitas yang keduanya mengalami keterbelakangan mental, terpaksa tinggal dirumah tidak layak huni yang atapnya sudah banyak bocor, jika terkena hujan turun.

Sedangkan Sitas, janda tua tersebut, hanya mengandalkan kerja dengan menjadi buruh serabutan, itupun tidak sembarang pekerjaan yang bisa dilakoni, karena kondisi fisik yang semakin menua, Sitas dan nawijah, hanya bekerja mencari sisa-sisa padi dari orang panen disawah (Ngasak: bahasa jawa). Bahkan pekerjaan yang ia (Sitas) jalani itu, sudah selama puluhan tahun, sejak suaminya meninggal dunia. Adapun anak dan kedua cucunya nyaris tidak ada ketrampilan yang mereka miliki, karena tidak tamat dari Sekolah Dasar (SD) akibat lokasi rumahnya agak jauh dari keramaian, dan tidak mampu bayar sekolah.

Selanjutnya begitu awak media ini masuk kerumahnya janda tua itu (Sitas), awak media ini menjumpai Nawijah dengan keadaan lemah, karena sedang mengalami sakit.
“Yang penting saya bisa makan dan diberi sehat, saya sudah senang mas, meski keadaannya seperti ini,” Kata Nawijah sedih. 
Waktu melihat Nawijah berbaring sakit, awak media ini melihat Sitas menjemur sedikit gabah hasil jerih payahnya beberapa hari yang lalu. Begitupun didalam rumah itu, terlihat hanya ada selembar tikar, dua buah dipan dari bambu. Sedangkan didapur terdapat tungku tanah liat, serta peralatan masak ala kadarnya. Tapi semua keadaan itu, dijalani tanpa ada keluh kesah, apalagi mengemis pada tetangga. Meski kesulitan ekonomi, keluarga ini nampak tabah. 
Lalu didalam informasi, memang sebenarnya, warga sekitar pernah melakukan bantuan rehap rumahnya Sitas/Nawijah tersebut, tetapi itu pun tak bartahan lama, karena rehap yang dibantu oleh warga sekitar menggunakan bahan seadanya. 
Nampaknya yang paling menyedihkan bagi satu keluarga itu, tidak termasuk dalam daftar Program Keluarga Harapan (PKH) yang diluncurkan oleh Departemen Sosial. 
“Pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Dinas Sosial setempat, tapi karena ada beberapa persyaratan yang kurang terpenuhi, maka Sitas/Nawijah tidak dapat PKH. Semoga untuk tahun berikutnya, keluarga Sitas/Nawijah tidak kehilangan haknya sebagai warga miskin yang layak menerima program tersebut,” Kata Kepala Desa Plunturan, Dwi Bintoro. ST ketika mengetahui keadaan Sitas/Nawijah.
Tentunya jika diamati, bahwa masalah yang dihadapi satu keluarga itu tak hanya sebatas kebutuhan pokok, melainkan perkembangan psikologis kedua cucunya yang ingin punya masa depan. 
Selanjutnya yang paling mendesak terpenuhi rumah layak huni yang perlu perhatian semua pihak. (Tris)
Baca Juga :  Kapolres Tulungagung Pimpin Sertijab PJU dan Kapolsek Jajaran

Sudah dibaca : 83 Kali
 


Berkomentarlah yang bijak. Apa yang anda sampaikan di kolom komentar adalah tanggungjawab anda sendiri.