Sidoarjo, kompaspublik.com– Sepertinya sudah sejak lama, sungai palayaran yang terletak di Desa Ngelom, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo nasibnya sangat menyedihkan. Karena sungai tersebut seolah-olah menjadi tempat pembuangan sampah, sehingga sungai itu diklaim oleh Garda Lingkungan Jawa Timur (Jatim) dan LSM Konsorsium Lingkungan Hidup (KLH) menjadi salah satu penyuplai sampah terbesar di sungai Brantas yang airnya diolah oleh PDAM.
Meski pada 2017 lalu, Bupati Sidoarjo, Syaifulloh Yusuf telah mengajak warga dan seluruh elemen untuk peduli terhadap kebersihan sungai Pelayaran, namun upaya itu hanya sia-sia saja. Bahkan para mahasiswa dan aktivis lingkungan yang baru-baru ini melakukan aksi turun ke sungai untuk mengambil sampah, toh upaya ini belum bisa menyadarkan warga sekitar sungai.
Untuk itu, masalah sampah di sungai Pelayaran ini juga sering menjadi pembahasan oleh tim patroli air Jatim. Bahkan kemarin di sela tatap muka tim patroli air Jatim, bertempat di Perum Jasa Tirta 1, Suprapto mengatakan, pihak PJT sudah meminta wilayah di Mojokerto yang disebut dengan wilayah 21. Artinya, wilayah yang membawahi sungai Pelayaran, untuk tidak membuka pintu air sungai Pelayaran, kecuali ada perintah.
“Bahwa PJT mempekerjakan tenaga luar untuk memantau pintu air tersebut. Dan hasilnya ternyata ada oknum warga nekat mengangkat sampah yang terhalang pintu air, kemudian dibuang ke sungai Brantas. Jadi begini, sampah itu tidak diangkat untuk ditampung di darat, melainkan diangkat melewati pintu air, kemudian dihanyutkan lagi ke sungai yang alirannya ke sungai Brantas,” ungkap Suprapto, petugas PJT.
Meski ada anggota tim patroli Jatim dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sidoarjo, Nizar yang hadir, namun ia malah menyampaikan usulan yang terkesan membias dari pokok bahasan.
“Mohon maaf semuanya, kegiatan kita ini kan resmi. Jadi kalau bisa petugasnya harus berpakaian rapi, jangan ada yang pakai anting kemudian celana compang camping. Sekali lagi saya mohon maaf, karena ada yang komplain tentang hal ini,” ketus Nizar.
Imam Rochani selaku Direktur LSM KLH hanya tersenyum mendengar usulan Nizar.
“Yang pakai anting itu teman kita dari media di bawah naungan KLH, bukan dari instansi pemerintah. Tapi bagaimanapun juga terima kasih atas masukannya,” jawab Imam. (*/Tim).
Sumber : kabari.id