Surabaya, Media Online Kompaspublik.com- Peningkatan produktivitas kopi di Jawa Timur cenderung stagnan. Hal ini dipengaruhi dari pengembangan lahan perkebunan kopi yang tidak meningkat. Dilaporkan, hingga akhir tahun 2021, Jatim hanya punya setidaknya perkebunan kopi seluas 113 ribu hektar yang mampu memproduksi sekitar 68 ribu ton kopi.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, Heru Suseno, mengatakan progres terkait dengan produksi area kopi di Jatim relatif stagnan. “Kalau ingin mengembangkan harus ada penambahan areal untuk proses produksi,” tuturnya, Selasa (8/2/2022).
Untuk mengupayakan itu, pihaknya mengaku Dinas Perkebunan akan memanfaatkan program Perhutanan Sosial bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur.
“Program Perhutanan Sosial upaya Pemprov untuk meningkatkan area produksi dengan memanfaatkan area yang ada di hutan Dinas Kehutanan. Dalam waktu dekat, Dinas Kehutanan akan menyampaikan titik yang memungkinkan ditanami kopi baik robusta maupun arabika,” imbuhnya.
Titik tersebut direncanakan akan berada di Jember, Banyuwangi, Malang, Blitar dan kemungkinan bisa bertambah di titik lain di Jatim.
Heru juga menyebut, pada akhir tahun 2021 lalu, nilai ekspor komoditi kopi Jatim sebesar 11 juta USD atau setara Rp1,6 triliun. Ini yang kemudian membuat Erick Thohir, Menteri BUMN menjadikan Jawa Timur sebagai pilot project program “Ekosistem Makmur” untuk komoditi kopi bersama Lampung, Sumatera Utara dan Jawa Barat.
Jenis kopi yang paling digemari dari Jatim yaitu kopi arabika dan robusta. “Kalau bicara kopi arabika, di Bondowoso. Robusta di Jember, Banyuwangi dan Malang. Yang di Dampit Malang itu sudah terkenal secara nasional cita rasanya enak,” pungkasnya.(red)