Nganjuk- Bersama Media Online Kompas Publik (MOPK) dengan Ma’iyah, acara cangkrukan pada hari Minggu malam, 02 September 2018 sebagai bentuk acara ngaji bareng “TASWWUF Cinta.”
Acara ini dihadiri oleh komunitas daerah-daerah dari luar Nganjuk dan warga setempat, juga perangkat dan tokoh-tokoh masyarakat termasuk LSM maupun MEDIA.
Acara ini digelar di aula rumah tokoh masyarakat dan LSM, yaitu Bapak Sudarmanto alias Kang Panjul yang beralamat di Desa Barengan Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk dengan suasana yang sangat santai dan penuh kekeluargaan. Bahkan makanan sederhana yang alami dari hasil bumi, seperti Polo Kependem, atau jenis ubi ketela, kacang godok dan kopi dihidangkan, sehingga menambah tenangnya suasana jamaah ma,iyah yang begitu qitmat dalam mendengar dan melihat tampilan wayang kulitnya yang diperagakannya dengan menceritakan masing-masing nama wayang dan perilakunya yang mengarah ke Syariat Islam.
Sedangkan didalam cerita Duta Krisna versi Ma’iyah yang di iringi gamelan kontemporer modern dengan nada lagu yang juga modern, membuat jamaah dapat terhipnotis, seperti merasa nyaman damai, seolah-olah bisa membawa semua orang yang hadir di acara ini melupakan duniawi.
Nampaknya dalam acara ngaji bareng ‘Taswwuf Cinta” ini, kita di ingatkan, kalau manusia hidup dalam berkumpul bermsyarakat dan berjamaah tdk boleh menjelekkan-jelekan orang atau kelompok lain. Untuk itu, kita harus belajar saling menghormati segala hal didalam kehidupan ini.
Tentunya acara ini penuh dengan makna dan tawa riang yang tak berhenti-henti didalam menyimak cerita dari sang dalang yang juga termasuk tokoh Agama memerankan wayangnya dengan dalil Islam dan Jawa, hingga mudah di mengerti dan di ikuti alur ceritanya.
Selain itu, acara ini bukan hanya di isi dengan dalang dan wayang saja. Tapi juga isi dengan Fragmen atau teater yang diperankan oleh pemuda dengan membawa bendera Merah Putih berteriak keras, bahwa Indonesia sudah Merdeka dan Merdeka, namun dimanakah arti Kemerdekaan itu, bila yang merasakan Kemerdekaan tersebut hanya golongan tertentu. Jadi mana Kemerdekaan yang bisa dirasakan rakyat kecil di Negeri ini. Itulah pekikan suara dari pemeran teater tersebut.
Kemudian dengan menyantap jajan dari ketela, ubi dan kacang, serta minum kopi, tamu yang hadir menyimak kisah-kisah sejarah kerajaan dan Islam di tanah Jawa yang di uraikan oleh salah satu tokoh sejarah dipertengahan acara ini. Sehingga dengan penuh damai, tak terasa jam 1,30 dini hari, jamaah Ma’iyah blm bergeming.
Laporan Kepala Biro Wartawan Nganjuk :
Gatot Subrata